OUCRU Indonesia dan Universitas Indonesia Selesaikan Uji Vaksin Malaria Historis

Sebagai suatu kesuksesan besar, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) dan OUCRU Indonesia telah menyelesaikan uji klinis fase 2 untuk dua vaksin malaria baru yang diproduksi Sanaria Inc. Riset ini merupakan uji coba vaksin malaria pertama yang pernah dilakukan di Indonesia dan yang pertama di kawasan Asia Pasifik dalam lebih dari 30 tahun.

Penyelesaian uji klinis ini diumumkan secara resmi saat ‘Scientific Collaborators Meeting’ yang diadakan pada 17 Juli 2024, terbuka untuk umum melalui Zoom. Dari kiri ke kanan: Direktur OUCRU Indonesia, Prof. J. Kevin Baird; Principal Investigator, Prof. Erni J. Nelwan; Site Medical Supervisor, Dr. Krisin Chand; dan Chief Medical Officer Sanaria, Dr. Thomas L. Richie.

Terobosan dalam Riset Malaria

Uji klinis ini melibatkan 345 sukarelawan TNI dari Batalyon 132 di Bangkinang, Riau, Indonesia. Mereka mendapatkan injeksi salah satu jenis vaksin atau suntikan plasebo sebelum berangkat tugas ke Kabupaten Keerom, Papua, daerah endemis malaria. Tujuannya adalah melihat seberapa baik vaksin bisa melindungi orang-orang yang belum pernah terkena malaria sebelumnya.

Prof. Erni J. Nelwan dari FK UI, selaku Principal Investigator studi ini, mengatakan, “Penelitian ini unik karena melibatkan populasi yang belum pernah terkena malaria yang kemudian bepergian ke daerah endemik malaria. Dengan memvaksin para tentara yang belum pernah terinfeksi sebelum mereka bepergian ke daerah berisiko tinggi, kami bisa menguji efektivitas vaksin ini dalam kondisi nyata.”

Letnan Dua Kennedi Siregar dari Peleton Kesehatan Batalion 132 Bangkinang turut menekankan pentingnya studi ini bagi masyarakat secara umum dan TNI secara khusus. “Tugas kami sering membawa kami ke daerah-daerah terpencil di seluruh Indonesia, terutama daerah yang rawan malaria. Malaria merupakan tantangan bagi kami. Keterlibatan dalam studi ini membuat kami lebih memahami penyakitnya. Sekarang, kami lebih memahami cara mendiagnosis dan mengobatinya dengan benar,” jelasnya.

Jenderal (Purn) Andika Perkasa, Kepala Staf TNI AD pada masanya (kanan), mengunjungi Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LMBE) pada 2021 untuk menandai awal kerja sama untuk uji klinis vaksin malaria. Dari kiri ke kanan: Prof. Amin Soebandrio, Direktur LBME; Prof. Herawati Sudoyo, Deputi Direktur LBME; Dr. Rintis Noviyanti, peneliti LBME; Dr. Safarina G. Malik, peneliti LBME; dan Jenderal Andika Perkasa.

Para tentara divaksinasi dari Mei sampai September 2022 sebelum bertugas ke Kabupaten Keerom. Selama berada di sana, tim peneliti menangani lebih dari 700 kasus malaria. Mereka melanjutkan pemantauan selama enam bulan setelah para tentara kembali dan menangani 300 kasus tambahan.

Dua Vaksin Malaria Baru yang Diuji Coba

Kedua vaksin yang diuji coba adalah Sanaria® PfSPZ dan Sanaria® PfSPZ-CVac. Keduanya terbuat dari parasit malaria hidup, khususnya jenis Afrika Barat, yang dilemahkan dengan cara berbeda. Parasit di dalam Vaksin Sanaria® PfSPZ dilemahkan menggunakan radiasi, sedangkan parasit di dalam Vaksin Sanaria® PfSPZ-CVac dilemahkan dengan obat klorokuin yang diberikan secara oral kepada partisipan studi.

Hasil uji cobanya menunjukkan bahwa vaksin Sanaria® PfSPZ aman dan dapat ditoleransi dengan baik, sama seperti plasebo. Vaksin Sanaria® PfSPZ-CVac juga terbukti aman dengan efek samping ringan. Kedua vaksin memberikan perlindungan terhadap malaria yang disebabkan parasit Plasmodium falciparum yang ditemukan di Papua, meskipun vaksinnya terbuat dari jenis malaria yang berbeda.

Pengambilan sampel darah oleh Tim Studi sebagai bagian dari monitoring rutin partisan studi selama di Papua.

Kerja Sama Merupakan Kunci Keberhasilan Uji Coba Ini

Uji klinis ini merupakan buah kerja sama antara FK UI, OUCRU Indonesia, Pusat Kesehatan TNI AD (PUSKESAD), dan Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRBM BRIN).

Tim studi uji coba vaksin malaria saat ‘Scientific Collaborators Meeting’ pada 17 Juli yang diwakili oleh (dari kiri ke kanan): Dr. dr. Soroy Lardo, Research Monitor; Prof. J. Kevin Baird, Direktur OUCRU Indonesia; dr. Minerva Theodora Simatupang dari Kelompok Kerja Malaria Kemenkes RI; dr. Helen Dewi Prameswari, Ketua Kelompok Kerja Malaria Kemenkes RI; Dr. Rintis Noviyanti, peneliti PRBM BRIN; Prof. Erni J. Nelwan, Principal Investigator; Dr. Thomas L. Richie, Chief Medical Officer Sanaria; dr. Sony Endro Cahyo, Dirbinlitbang PUSKESAD; dr. Krisin Chand, Site Medical Supervisor; dan Dr. Narain Punjabi, Research Monitor.

Direktur OUCRU Indonesia, Prof. J. Kevin Baird, menekankan pentingnya kolaborasi dengan berbagai institusi lokal dalam mencari solusi global bagi penyakit menular, termasuk malaria. “Malaria adalah masalah besar di dunia dan Indonesia. Pekerjaan kami di OUCRU Indonesia mengutamakan penjalinan kerja sama dengan mitra lokal untuk menemukan solusi efektif bagi penyakit menular yang dapat diterapkan di seluruh dunia. Keberhasilan uji coba ini membuktikan kekuatan kemitraan tersebut dan merupakan langkah penting menuju eliminasi malaria,” terangnya.

Dekan FK UI, Prof. Ari Fahrial Syam, turut menyoroti kerja sama yang memungkinkan terselesaikannya riset ini. Ia mengatakan, “Uji klinik fase 2 tentang vaksin malaria merupakan riset penting dalam pengembangan vaksin. Mudah-mudahan uji klinik bisa berlanjut sehingga keberadaan vaksin ini benar-benar bermanfaat dalam upaya memberantas malaria di Indonesia dan dunia. FK UI terus mendukung berbagai uji klinik the Oxford University Clinical Research Unit (OUCRU) melanjutkan kerja sama yang telah berlangsung sejak 13 tahun yang lalu.”

Rencana ke Depan

Chief Medical Officer Sanaria, Thomas L. Richie, mengungkapkan kegembiraannya atas hasil uji klinik ini dan menerangkan rencana Sanaria untuk menciptakan vaksin yang lebih baik lagi. “Kami sangat senang dengan hasil uji cobanya yang menjanjikan, terutama kemampuan vaksin untuk melindungi dari jenis malaria yang berbeda dari yang dipakai untuk membuatnya. Efikasi lintasjenis ini sangat penting untuk eliminasi malaria global karena ada banyak spesies malaria di seluruh dunia. Berdasarkan temuan ini, kami sedang mengembangkan vaksin generasi berikutnya bernama PfSPZ-LARC2 yang diharapkan menunjukkan hasil yang lebih baik lagi,” jelasnya.

Hasil studi yang lebih rinci akan dipublikasikan pada akhir tahun setelah melalui peer-review. Penelitian yang didanai oleh Congressionally Directed Medical Research Program (AS) dan dipimpin oleh Prof. Erni J. Nelwan dari FK UI ini merupakan langkah penting dalam perjuangan melawan malaria.

Skip to content