Peneliti OUCRU dari Indonesia, Nepal, dan Vietnam ambil andil dalam penyusunan agenda riset AMR yang baru diterbitkan oleh WHO. Empat puluh topik penelitian prioritas ditentukan bersama berbagai kolaborator dari seluruh dunia untuk memandu riset tentang mikroba resisten obat selama lima tahun ke depan. Perhatian khusus diberikan terhadap tantangan-tantangan yang kerap dihadapi negara berpendapatan rendah dan menengah.
Ancaman AMR Kian Meningkat di Seluruh Dunia
AMR (antimicrobial resistance–AMR) adalah salah satu tantangan kesehatan global paling mendesak saat ini. Ketika mikroba menjadi kebal terhadap obat-obatan yang ada, pengobatan infeksi menjadi semakin sulit, penyakit yang diderita menjadi lebih parah, dan risiko kematian meningkat. Hal ini juga merugikan secara ekonomi, baik dari segi biaya kesehatan maupun produktivitas yang hilang.
Dampak AMR diderita lebih parah di negara berpendapatan menengah dan rendah. Penggunaan antibiotik yang berlebihan atau tidak tepat, ditambah dengan sanitasi yang buruk dan pengendalian penyakit menular yang terbatas, menciptakan kondisi ideal bagi berkembangnya mikroba resisten obat. Akibatnya, masyarakat di wilayah ini menjadi lebih rentan terhadap penyakit yang kebal obat dengan angka kematian yang lebih tinggi.
Assoc. Prof. Raph Hamers berkontribusi terhadap penyusunan agenda penelitian WHO sebagai salah satu anggota tim inti.
“Meskipun perhatian terhadap AMR sebagai masalah kesehatan global semakin meningkat, masih banyak kesenjangan pengetahuan yang menghambat respons efektif terhadap AMR, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Hal ini menghambat kemajuan di area penting seperti pencegahan infeksi, vaksin, diagnostik, pengobatan, dan pengelolaan antimikroba. Untuk mengatasi kesenjangan ini, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, masyarakat sipil, dan sektor swasta,” ujarnya.
Sebagai Kepala Program Penelitian Klinis Penyakit Menular di OUCRU Indonesia, Raph memimpin beberapa proyek yang berfokus pada AMR di OUCRU Indonesia, termasuk ACORN, NASPA, dan Studi BCB.
Agenda Penelitian yang Disusun Secara Global dengan Panduan WHO
Penyusunan 40 topik penelitian prioritas ini dimulai dengan mengidentifikasi kesenjangan dalam pengetahuan yang ada. Proses yang juga melibatkan OUCRU ini mengidentifikasi lebih dari 3.000 kesenjangan yang kemudian disaring ke dalam 177 topik. Setelah melalui proses pemilihan oleh 261 ahli dari seluruh dunia, 40 butir topik penelitian prioritas pun ditetapkan.
Berbagai peneliti OUCRU berperan penting dalam upaya global ini. Prof. Guy Thwaites, Prof. Rogier van Doorn, dan Assoc. Prof. Abhilasha Karkey merupakan bagian dari WHO Research Agenda for AMR in Human Health Collaborators. Keterlibatan OUCRU menunjukkan kepemimpinan kami dalam penelitian AMR di Asia Tenggara dan Asia Selatan, yang didukung oleh unit interdisipliner yang kuat di Indonesia, Vietnam, dan Nepal.
Prof. Rogier, Direktur OUCRU Hanoi, menekankan, “Agenda penelitian WHO ini dapat menciptakan momentum untuk mempercepat penelitian di area-area krusial dan menyelaraskan pendanaan serta kolaborasi global. Dengan menargetkan kebutuhan penelitian yang paling mendesak, kita dapat memperkuat cara kita menangani AMR secara signifikan.”
Agenda penelitian WHO ini akan menjadi pilar penting dalam menerapkan rekomendasi Deklarasi AMR di Sidang Umum PBB dan mendukung strategi nasional serta global untuk penanganan AMR hingga 2030.